Langsung ke konten utama

Monitoring dan Evaluasi

Mengapa kegiatan monitoring dan evaluasi begitu penting? Perlunya dilakukan monitoring dan evaluasi suatu dampak merupakan salah satu cara untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi akibat adanya operasi. Dampak yang terjadi berupa perubahan sosial, lingkungan, ekologi maupun kawasan lindung dan konservasi.
Hasil monitoring dan evaluasi tidak hanya berdampak positif tetapi juga bisa berdampak negatif. Umumnya dampak sosial yang terjadi lebih banyak mengarah ke sisi positif ketimbang negatif. Perbaikan yang terjadi bisa berupa peningkatan pendapatan penghasilan masyarakat sekitar, sifat kegotongroyongan, melakukan diskusi dengan kelompok dan pihak terkait lainnya.
Dari segi lingkungan dampak positif yang terjadi misalnya semakin terjaganya kawasan konservasi untuk perlindungan satwa langka, sumber mata air, pencegahan tepi sungai dari erosi, tebing curam dari longsor dan lain-lain. Sedangkan sisi negatif misalnya kerusakan jalan akibat sering dilalui kendaraan pengangkut log, polusi udara dan suara yang tidak terukur . Namun dampak negatif ini tidak terlalu berpengaruh besar dan timbulnya bukan hanya dari kegiatan operasional KAM KTI saja tetapi kebanyakan dari kegiatan penebangan umum.
Ada sedikit perubahan kebiasaaan pada masyarakat, yaitu berkurangnya minat untuk menanam umbi-umbian seperti ketela pohon, jahe, kunyit dan tanaman musiman lainnya karena mereka lebih memilih untuk menanam tanaman kayu dengan harga yang mahal sebagai tabungan. Hal ini bisa disebabkan karena hasil dari tanaman produksi seperti sengon lebih menjanjikan.
Menurut informasi Ali Nurdin salah satu dari stakeholder KAM KTI yang mempunyai usaha pembuatan kripik singkong mengaku kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya sebanyak 200 kg per hari karena jarangnya masyarakat yang menanam singkong. Selain itu citra Krucil sebagai penghasil jahe dan empon-empon juga mulai surut. KAM KTI berencana menggalakkan usaha budidaya tanaman tumpangsari dibawah tegakan sengon untuk menambah penghasilan anggota dan masyarakat luas.
Dari pemantauan di lapangan untuk area lindung masih ada saja orang membuang sampah berupa plastik sabun, shampoo dan pembungkus di sekitar sumber air oleh karena itu KAM KTI menempatkan tempat sampah yang cukup memadai untuk menampungnya. Apapun usahanya yang penting kesadaran dari masyarakat itu sendiri yang harus kita bangkitkan dan ini bukan hanya tugas KAM KTI saja tetapi merupakan tugas dari kita semua, semoga berhasil. GO GREEN! ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kapuk Hutan (Bombax ceiba L.)

Gambar pohon Kapuk Hutan di Sengkaling Malang Jawa Timur Sinonim : Bombax malabaricum DC., Gossampinus heptaphylla BAKH, Salmalia malabarica (DC) Schott & Endl. Nama Lain : Cottonwood (perdagangan), Kapuk hutan (Indonesia), Randu agung (Jawa). Penyebaran : Dari Pakistan dan India kemudian Myanmar, Indochina, China, Taiwan, Thailand, Jawa, Kalimantan (Sabah), Philipina, Sulawesi, Maluku, Papua dan Australia bagian Utara. Batang besar tergolong raksasa rimba dengan tinggi sampai 45 m dan besar batang 4 meter dengan banir-banir lebar dan alur-alur menaik tinggi, selain itu batangnya tegap bagaikan tiang dan bertajuk jarang yang terbentang agak tinggi. Di Jawa tumbuh dibawah ketinggian 900 mdpl. Menurut Ny. Kloppenburg cairan yang keluar dari akar-akar setelah diiris sebelum matahari terbit dapat dipakai sebagai obat minuman untuk sariawan dan seduhan dari kulit akarnya yang dimemarkan itu diminum untuk meredakan rasa panas dalam daerah lambung. Penggunaan : Kapuk tergolong...

PELATIHAN K3 DAN PEMAKAIAN APD BAGI PEKERJA PERSEMAIAN KAM KTI

Persemaian ( nursery ) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari penanaman hutan sehingga persemaian memegang peranan sangat penting dan merupakan kunci utama dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut sebaiknya disemaikan terlebih dulu. Pemilihan Lokasi Persemaian Keberhasilan persemaian benih ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persem...

Tanaman KSU Alas Mandiri KTI sudah bersertifikat FSC™!

Sejak pertama kali dibentuk pada tahun 2007 silam akhirnya KSU Alas Mandiri KTI berhasil mendapatkan sertifikat FSC™   dari Soil Association Woodmark Inggris pada tanggal 22 November 2008 dengan kode registrasi SA-FM/COC-002083 (cek di http://info.fsc.org/ ). Artinya bahwa KAM KTI telah memenuhi 10 prinsip dan kriteria pokok FSC™ untuk mendapatkan sertifikat ini. Bukannya tanpa alasan kenapa kami membanggakan diri, karena memang tidaklah mudah untuk mendapatkan sertifikat ini dengan skema FSC™ yang berbasis hutan masyarakat. Menurut pengalaman kami selama proses penilaian tidaklah semudah yang dibayangkan yang hanya memenuhi 10 prinsip dari FSC™ karena setelah ditelusuri lebih detail mungkin lebih dari 50 aturan, syarat dan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah lokal maupun pemerintah pusat. Pada awal pengajuan sertifikasi KSU Alas Mandiri KTI mempunyai luas lahan 152,60 ha dengan anggota sebanyak 265 orang yang tersebar di 10 desa dan 2 kecamatan di Kabupaten Proboli...