Sabtu, 27 Agustus 2016

PENYAKIT ENDEMIK & WASPADA HIV/AIDS




Berdasarkan kriteria 4.2 dalam standar FSC, dalam kegiatan pengelolaan hutan lestari KAM KTI diharuskan memiliki program untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit-penyakit dan wabah-wabah endemik untuk daerah tersebut yang dapat menyerang para pekerja hutan atau keluarga mereka, tindakan-tindakan yang harus diambil untuk pencegahan dan pengendalian penyakit-penyakit dan wabah-wabah endemic dan UPH harus secara proaktif meningkatkan kesehatan masyarakat dengan bekerja sama dengan lembaga kesehatan.

Hasil konsultasi dengan Kepala Puskesmas Kecamatan Krucil, dr. R. Basuki, pada tanggal 24 Agustus 2016, tidak ada isu mengenai penyakit dan wabah endemik di area kerja KAM KTI.
Wabah adalah kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, juga untuk menyebut penyakit yang menyebar itu. Epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.  Pandemi adalah keadaan di mana suatu penyakit, frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas. Penyakit yang umum terjadi pada laju yang konstan namun cukup tinggi pada suatu populasi disebut sebagai endemik.

Kata endemik berasal dari bahasa yunani yaitu en yang berarti di dalam dan demos yang berarti rakyat. Jadi suatu masalah penyakit dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata).
Berikut adalah contoh penyakit endemik di beberapa daerah di Indonesia, yaitu:
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Malaria
3. Chikungunya
4. Kaki Gajah (Filariasis)
5. Tuberkulosis (TBC)
6. Lepra
7. Diare

Dalam beberapa kurun waktu terakhir, terdapat fenomena kesehatan yang cukup mengkhawatirkan yaitu penyebaran HIV/AIDS.  Jumlah penderita  (HIV/AIDS) di Kabupaten Probolinggo terus bertambah. Sejak kasus ini ditemukan pada tahun 2000 silam,  berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, pada tahun 2013 jumlah penderita HIV/AIDS mencapai 623 penderita dengan rincian 361 laki-laki dan 262 perempuan. Pada akhir tahun 2014 sebanyak 807 orang di Kabupaten Probolinggo terpapar HIV/AIDS., dimana 528 penderita masih hidup dan sisanya 279 penderita sudah meninggal. Dan pada tahun 2015 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo mencapai 1.030 orang. Hal ini menjadi ancaman serius Pemkab Probolinggo untuk melakukan antisipasi dan penanganan untuk menekan laju kenaikan penderita yang dinyatakan positif menderita HIV/AIDS yang tiap tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Data itu juga merinci, pengidap HIV/AIDS didominasi oleh perempuan yang mayoritas adalah ibu rumah tangga. Jumlahnya tersebar di 24 kecamatan di kabupaten Probolinggo.
Beberapa daerah di Kabupaten Probolinggo yang paling banyak penderita HIV AIDS yakni di Kecamatan Paiton, Kraksaan, Besuki, Dringu dan Krucil.. Penderita HIV/AIDS ini didominasi oleh usia produktif antara 21-44 tahun yang mencapai 72,8%  penderita.  (Data : Portal Pemkab Probolinggo & BANGSAONLINE.com)


Pada acara pertemuan FK di Desa Guyangan, Kecamatan Krucil pada 27 Agustus 2016, kami berkesempatan memperoleh sosialisasi mengenai HIV/AIDS dari narasumber Dinas Kesehatan (Puskesmas) Kecamatan Krucil. HIV (Human Immuno-deficiency Virus) adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan menimbulkan AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus HIV, yang akan menyebabkan pengidap HIV (ODHA) rentan dan mudah terjangkit macam-macam penyakit. 

HIV terdapat dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti dalam darah, air mani, atau cairan vagina. HIV/AIDS ini bisa menular melalui hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindung dengan pengidap HIV, transfusi darah atau penggunaan alat suntik, alat tatto, pisau cukur yang tercemar HIV dan ibu pengidap kepada bayi yang dikandungnya. Kelompok perilaku resiko tinggi terinfeksi HIV yaitu pengguna napza suntik (IDU) dan pasangannya, wanita/lelaki/waria penjaja seks, pasangan maupun pelanggannya. IMS (infeksi menular seksual) dan HIV hanya dapat dicegah dengan menjauhi seks bebas, bersikap saling setia, pencegahan dengan kondom, menghindari penggunaan narkoba dan edukasi terkait bahaya dari HIV/AIDS. 

Biasanya tidak ada gejala khusus pada orang yang terinfeksi oleh HIV dalam waktu 5-10 tahun. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan gejala seperti kehilangan berat badan secara drastis, diare yang berkelanjutan, pembengkakan pada leher dan atau ketiak dan batuk terus menerus. Namun apabila terdapat orang yang memiliki gejala di atas bukan berarti orang tersebut terinfeksi HIV, satu-satunya cara untuk memastikan adalah melalui tes darah. Sampai kini memang belum ada obat yang menyembuhkan secara total penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu, dan untuk mengurangi penyebaran angka HIV/AIDS, diperlukan keterlibatan semua pihak, terutama dukungan keluarga dan pendampingan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Meski demikian, ada obat yang dapat menekan pertumbuhan virus HIV, sehingga mampu menghambat perkembangannya dan akan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/ AIDS.