Sabtu, 30 Juli 2016

Sosialisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)




Pada acara pertemuan rutin bulanan FK yang bertempat di rumah Bapak H. Abdul Kalim (selaku FK/Ketua Kelompok PS-2), kami berkesempatan memperoleh sosialisasi mengenai K3 dan penanganan serta tindakan pencegahan wabah penyakit dari narasumber Pustu Desa Ranugedang, Kecamatan Tiris.

Pentingnya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam kegiatan operasional pegelolaan hutan lestari merupakan tanggung jawab bersama antara KAM KTI dan seluruh pekerja. Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum seseorang melakukan pekerjaan adalah salah satu tindakan antisipasi/pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. APD standar yang tersedia di kelompok antara lain berupa sepatu boots, helm kerja, sarung tangan, masker, kacamata kerja/goggle, dan earplug yang dipergunakan sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Kesadaran mengenai penggunaan helm juga perlu ditingkatkan mengingat tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar mobilitas karyawan, anggota dan masyarakat sekitar serta adalah menggunakan sepeda motor.

 Apabila terjadi kecelakaan kerja di lapangan yang berkaitan dengan kegiatan KAM, maka penanganannya akan dikoordinasikan oleh FK/petugas setempat. Untuk kecelakaan ringan, tersedia peralatan P3K di kelompok, namun apabila memerlukan penanganan yang lebih serius, segera dirujuk ke balai pengobatan/puskesmas terdekat.

Tidak ada kejadian penyakit dan wabah endemik di wilayah kerja KAM KTI misalnya penyakit demam berdarah dengue atau wabah diare seperti yang terjadi di daerah lainnya. Namun peningkatan kesadaran mengenai penyakit dan wabah endemik kepada para anggota dan pekerja sangatlah penting sebagai sebuah upaya antisipasi dan pencegahan.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akut akibat infeksi virus dengue pada manusia. Infeksi virus ini dibawa oleh nyamuk yang dikenal dengan sebutan Aedes Aegypti serta Aedes Albopictus betina. Orang yang berisiko terkena demam berdarah adalah orang yang tinggal di daerah pinggiran dan kumuh, orang yang tinggal di lingkungan yang lembab, serta anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Gejala seseorang terkena demam berdarah adalah demam tinggi (38-40oC) yang berlangsung 2 sampai 7 hari. Kepala akan terasa sangat sakit, terdapat bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah, pendarahan pada hidung dan gusi, mudah timbul memar pada kulit.

Tindakan pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan memberantas jentik-jentik nyamuk demam berdarah dengan cara melakukan PSN (pembersihan sarang nyamuk). Berikut cara mudah untuk mencegah demam berdarah, yaitu melalui aplikasi 3M:

  • Membersihkan dan menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi,drum, dan lain-lain  minimal seminggu sekali. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan serbuk ABATE ke dalam genangan air tersebut.
  • Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah, pasir atau adukan semen
  • Mengubur atau membuang barang-barang bekas ataupun sampah pada tempatnya
Diare (diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta orang setiap tahunnya. Penyakit diare sering terjadi pada masyarakat yang memiliki lingkungan kumuh (kurang bersih). Diare terjadi karena adanya iritasi pada bagian usus besar hingga anus, sehingga ketika buang air besar tinja yang dikeluarkan cair. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, infeksi virus dan racun bakteria, alergi (fructose, lactose), kelebihan vitamin C, mengonsumsi Buah-buahan tertentu, alcohol, makanan yang asam, pedas, atau bersantan secara berlebihan.  Kondisi cuaca yang tidak stabil, sanitasi tempat pengungsian yang buruk serta kondisi rumah yang masih kotor terkena genangan air, juga sulitnya mendapat air bersih menyebabkan mudahnya terjadi wabah diare setelah banjir. Penyakit diare yang terlihat ringan justru bisa membahayakan jiwa, karena saat tubuh kekurangan cairan, maka semua organ akan mengalami gangguan. Diare akan semakin berbahaya jika terjadi pada anak-anak Perawatan untuk diare melibatkan pasien mengonsumsi sejumlah air yang mencukupi untuk menggantikan yang hilang, lebih baik bila dicampur dengan elektrolit untuk menyediakan garam yang dibutuhkan dan sejumlah nutrisi. Oralit dan tablet zinc adalah pengobatan pilihan utama dan telah diperkirakan telah menyelamatkan 50 juta anak dalam 25 tahun terakhir.  

Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering melakukan kontak langsung dengan benda lain, maka sebelum makan disarankan untuk mencuci tangan dengan sabun. Sebuah hasil studi Cochrane menemukan bahwa dalam gerakan-gerakan sosial yang dilakukan lembaga dan masyarakat untuk membiasakan mencuci tangan menyebabkan penurunan tingkat kejadian yang signifikan pada diare. Oleh karena itu, biasakan mencuci tangan sebelum makan dengan sabun. Demikian halnya setelah selesai buang air besar. Usahakan meminum air yang sudah direbus hingga mendidih agar semua bakteri penyakit tidak masuk ke dalam tubuh. Segera bersihkan tempat tinggal dari sisa sampah jika terjadi bencana alam. Segera buang tumpukan sampah agar tidak menggunung dan jadi sarang penyakit.**(materi sosialisasi & copas dari berbagai sumber)