1.
Sekilas Tentang KAM KTI
Koperasi Alas Mandiri KTI (KAM KTI) adalah
organisasi yang dibentuk petani di Kecamatan Krucil dan Tiris, Kab. Probolinggo dengan fasilitasi PT. KTI Probolinggo yang bertujuan membangun
hutan rakyat lestari dan bersertifikat FSCTM. Berdiri tanggal 08 Maret 2007 dengan Nomor Badan Hukum
518/BH/XVI.22/758/426.509/2007. Lokasi kantor di Desa Kertosuko, Kecamatan
Krucil, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Tujuan sertifikasi hutan rakyat
adalah mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari secara produksi, ekonomi, dan
sosial. Namun pada perkembangannya pada tahun 2011 jumlah anggota dan luas
lahan bertambah.
Proses Sertifikasi Hutan Lestari FSCTM
Sertifikat FSCTM pertama kali didapat pada tanggal 22 Desember 2008 yang
berlaku hingga 21 Desember 2013. Dengan kode regestrasi sertifikat
SA-FM/COC-002083. Sedangkan pengakuan untuk expansi lahan menjadi 1.004,55
hektar adalah pada tanggal 12 April 2012. Setelah proses audit re-sertifikasi,
sertifikasi FSCTM telah
diperpanjang masa berlakunya mulai 22 Desember 2013 hingga 21 Desember 2018.
2. Anggota, Lahan, dan Areal
Kerja
Luas areal kerja sampai tahun 2013 adalah 1.004,55
hektar, sebanyak 1.811 lahan dan 1.296 orang anggota. Areal tersebar di 3
Kecamatan dan 21 Desa, yaitu Kec. Krucil (Kertosuko, Krobungan, Betek, Wedusan,
Tambelang, Roto, Sumberduren, Krucil, Plaosan, Bremi, Guyangan); Kec. Tiris
(Tiris, Pedagangan, Pesawahan, Racek ,Tlogoargo, Ranugedang, Segaran
Andungbiru, dan Andungsari) ; Kec. Maron (Brabe dan Sumberdawe). Lahan anggota dibagi menjadi 30 kelompok, dan dibawah pengawasan 6
Koordinator wilayah.
3. Deskripsi Areal Kerja dan Sosial Budaya
Ketinggian rata-rata 600-700
mdpl dengan curah hujan 2297 mm/th. Jenis tanah andosol didominasi lempung dan
debu. Areal kerja terletak di DAS Pekalen yang berasal dari hulu sungai di
Krucil dan Tiris. Sebagian areal kerja 50% termasuk lahan dengan kemiringan
lebih dari 20 derajat.
Kondisi sosial masyarakat
Kecamatan Krucil, Maron & Tiris adalah masyarakat pegunungan dengan
ketergantungan pada lahan. Tradisi masih dipegang erat dan pengaruh kyai
(bindere) cukup menonjol dan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Bahasa
sehari-hari yang dipakai adalah bahasa Madura.
Masyarakat Krucil, Maron dan
Tiris menggunakan lahan milik untuk menanam kayu, palawija, buah-buahan, kopi,
dsb. Ketersediaan air cukup melimpah digunakan untuk pengairan, kebutuhan rumah
tangga. Sistem
pengairan untuk rumah tangga dilakukan secara swadaya masyarakat dengan membuat
saluran air dari mata air terdekat.
4.
Sistem Silvikultur
Jenis tanaman produksi yang
dipilih adalah sengon (Paraserianthes
falcataria). Jenis pengaya yaitu jabon (Anthocephlus
cadamba), balsa (Ochroma sp.),
Waru rangkang (Hibiscus similis),
Gmelina (Gmelina arborea), Anggrung (Trema orientale,). Tanaman tepi digunakan
jabon, tanaman teras digunakan Gliricidae dan rumput gajah, tanaman lindung di
sempadan sungai digunakan bamboo, kopi, dan buah-buahan. Sistem penanaman
tumpang sari dengan jarak tanam 6x2 m.
5. Pengaturan Hasil
Dengan perhitungan daur 5 tahun, riap volume 0.08
m3/th/pohon, jumlah pohon akhir daur setelah penjarangan 400 pohon/ha maka
diharapkan volume yang dipanen adalah 150 m3/hektar. Dengan harga log sengon
rata-rata setiap kelas diameter adalah Rp. 400.000,00/m3 maka
diperoleh nilai 60.000.000/ha. Anggota
koperasi dapat melakukan tumpangsari di lahannya untuk menambah pendapatan
keluarga. Etat volume total produksi dari hasil inventarisasi untuk rotasi pertahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tahun
|
2014
|
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
Rata-rata
|
JTT (m3)
|
19,998.84
|
19,997.96
|
19,998.71
|
19,998.42
|
19,999.46
|
19,998.68
|
6. Konservasi SDH
Untuk menjaga kelestarian
lingkungan, KAM KTI membuat program tanaman tepi, tanaman teras, dan tanaman
lindung. Tanaman tepi ditanam pada tepi lahan (jenis jabon), tanaman teras
ditanam pada teras/galeng (jenis gliricidae dan rumput gajah), tanaman lindung
ditanam pada areal sempadan sungai (jenis bambu, kopi, dan buah-buahan).
Pengelolaan
areal konservasi dan lindung
Sasaran konservasi yang menjadi prioritas adalah
(a) pengawetan tanah dan air, (b) menambah biodiversitas, (c) sebagai habitat
bagi satwa. Untuk mencapai sasaran tersebut, direncanakan beberapa program,
yaitu:
·
Penanaman tanaman tepi (border trees). Jenis tanaman tepi dipilih jenis
kayu berdaur panjang minimal 15 tahun (jabon) yang berfungsi pengawetan tanah,
batas lahan, habitat satwa khususnya burung, dan manfaat ekonomi lainnya
·
Penanaman tanaman teras dengan Gliricidae dan rumput gajah dengan tujuan
mencegah erosi/longsor pada teras yang rawan longsor dan untuk pakan ternak
sehingga menjamin ketersediaan pakan ternak bagi anggota sepanjang musim.
·
Sistem silvikultur tebang pilih untuk areal miring.
·
Sosialisasi kepada anggota tentang kelestarian lingkungan dan hewan yang
dilindungi.
·
Memasang plang-plang bertema konservasi, misal larangan berburu,
dilarang menebang tanaman konservasi, dsb.
7.
Monitoring Sosial Budaya
Dalam pengelolaan hutan lestari diperlukan
pengelolaan dampak sosial budaya terlebih dalam konteks hutan rakyat yang
dinamis. Pelaksanaan monitoring dan
evaluasi mengikuti prosedur yang telah dibuat. Sejauh ini hasil monitoring menunjukkan
bahwa kondisi social masyarakat cukup terbantu dengan adanya KAM KTI, misalnya
anggota mendapat pengetahuan mengenai penebangan, penanaman, dll.
Selain itu dapat meningkatkan ekonomi karena
mendapat tambahan pendapatan dan lapangan pekerjaan dari kegiatan yang
dilakukan KAM KTI.
8. Organisasi dan Pemberdayaan
Kelompok
Setiap kelompok membentuk kepengurusan di tingkat kelompok yang
terdiri dari bagian Teknis Operasional Hutan (penanaman, penjarangan, PAK,
inventarisasi, dan KSDH), bagian Pemanenan dan Distribusi Hasil, dan bagian
Pemberdayaan Masyarakat. Kelompok mengadakan system administrasi sederhana dan
program kerja yang mengacu dari program KAM KTI. Pertemuan kelompok bersifat
informal dan formal. Pelatihan dilaksanakan disesuaikan dengan kebutuhan
dan keinginan anggota, meliputi pelatihan penanaman, penjarangan, penebangan,
pupuk kompos, kubikasi pohon, dan K3. Diharapkan kelompok menjadi organisasi
terkecil yang mandiri dalam Unit Manajemen.
9. Pembiayaan dan Pendapatan
KAM KTI menjalin kerjasama
dengan PT. KTI sebagai pihak donor sekaligus pembeli dari hasil produksi KAM
KTI, khususnya kayu (log). Sumber penerimaan KAM KTI selama proses sertifikasi
dan proses menuju kemandirian adalah dari PT. KTI. Harga log bersertifikat
adalah lebih mahal daripada harga pasaran dengan metode pengukuran volume
secara lokal.
10.
Rencana Penilaian dan ekspansi anggota baru
Rencana proses penilaian tahunan ke-1 pada masa
sertifikasi kedua ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014,
yang dilakukan oleh tim dari Woodmark dan PT. Mutu Agung Lestari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar