Kamis, 06 Oktober 2016

PELATIHAN K3 DAN PEMAKAIAN APD BAGI PEKERJA PERSEMAIAN KAM KTI



Persemaian (nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari penanaman hutan sehingga persemaian memegang peranan sangat penting dan merupakan kunci utama dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut sebaiknya disemaikan terlebih dulu.

Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
1.       Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
2.       Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim (dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
3.       Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandung tanah liat.
4.       Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, untuk menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Lokasi Persemaian baru KSU Alas Mandiri KTI adalah di Desa
Puspan, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo


TEKNIS PEMBUATAN BIBIT
 Langkah-Langkah Penyemaian Benih
1. Penaburan
Kegiatan penaburan bertujuan untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan menghasilkan tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
1.       Benih
Pada umumnya tanaman hutan jenis kayu produksi seperti sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit.
Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan, sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
2.       Bedeng tabur/bedeng kecambah
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dapat dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah. Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan. Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya dengan jarak 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
3.       Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1

4.       Peralatan penyiraman

5.       Tersedianya air yang cukup dan sebagainya.
 
2. Penyapihan Bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
1.       Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil pada bagian sisi-sisinya. 
2.   Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi. 
3.    Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
4.    Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensif.
 3. Pemeliharaan
     Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :


  1. PenyiramanPenyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
         2.       Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir", sebagai berikut :
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
                3.       Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
                4.       Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.
                5.       Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, belalang, ulat, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
                6.       Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dikirim ke lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dikirim ke lapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensif guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
(informasi dari berbagai sumber)

Selain mengenai teknis persemaian, pada acara pelatihan kali ini juga disosialisasikan mengenai pentingnya K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) bagi para pekerja persemaian, yang bertujuan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan persemaian KSU Alas mandiri KTI. Sosialisasi ini antara lain mengenai pentingnya mengikuti prosedur pada saat bekerja dan penggunaan APD (alat pelindung diri) pada saat bekerja. K3 merupakan tanggung jawab bersama antara KAM KTI dan seluruh pekerja yang berada dalam lingkup pengelolaan hutan lestari.





APD yang dipergunakan di lokasi persemaian tidak jauh berbeda dari standar APD pada operasional pengelolaan hutan lainnya, yaitu sepatu (boots), sarung tangan, masker, kacamata kerja (goggle) dan helm kerja. Penggunaan APD ini disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, antara lain :
1.       1. Kegiatan pengisian polibag, pembuatan bedeng tabur, pembuatan lokasi penanaman bibit, APD yang dipergunakan antara  lain sepatu/boots, sarung tangan, masker dan helm kerja.
2.      2. Kegiatan penaburan benih, pemindahan semai, penyulaman, penyiraman, dan penyiangan gulma,  APD yang dipergunakan adalah sepatu/boots dan masker
3.     3.Kegiatan pemupukan dan pengendalian hama, APD yang digunakan antara lain sepatu/boots, sarung tangan, masker, kacamata/goggle dan helm kerja.

Penggunaan APD bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.  Namun apabila terjadi kecelakaan pada saat bekerja di persemaian, misal terjadi keracunan pada saat proses pemupukan/penyemprotan hama, maka bentuk pertolongan pertama yang bias dilakukan antara lain :
- Jika bahan kimia yang dipergunakan terkena mata segera di cuci dengan air bersih mengalir.
- Jika keracunan obat pestisida/pupuk, maka korban diberikan minum sebanyak-banyaknya (air kelapa jika memungkinkan) dan jika keracunan berlanjut akan dirujuk ke balai pengobatan terdekat.


**SAFETY FIRST !!!